Aulia Hall Center, Kota Tasikmalaya. Pimpinan Cabang Persatuan Islam Bungursari melalui bidang SDMO menyelenggarakan acara Silaturahim dan Pembinaan Kejamiyyahan dengan tema "Bangun Persatuan Wujudkan Loyalitas dan Totalitas dalam Berjamiyyah " Jumat, 25 Maret 2022.
Acara tersebut dihadiri oleh Seluruh Keluarga Persis Bungursari beserta seluruh otonom Persis Bungursari. Hadir juga dalam acara tersebut guru besar Hukum Internasional dan Guru Besar UNPAD pituin Bungursari yaitu Prof. Atif Latifulhayat, SH,LLM,Ph.D sebagai pembicara terkait penguatan kejamiyyahan.
Prof Atif menyampaikan terkait Esensi Agama dan Esensi kehidupan Berjamiyyah. Dalam kaitan terkait esensi agama, Prof Atip menyampaikan Esesni Agama sebagaimana dalam sebuah sejarah disampaikan, tatkala Bangunan dari agama adalah Nasihat. Lihat Hadits Arbain No.7
Nasehat atau nasihat dalam bahasa Indoensia beasal dari kata نصح nashaha artinya membersihkan. Maka esensi agama dalam kaitan sebagai Nasihat adalah membersihkan praktek ibadah yang kotor, dan berfungsi sebagai meluruskan apa yang bengkok; " Akidahnya dibersihkan, ibadahna diluruskn, hatinya dikuatkeun.
Ilustrasi : Satu masa dalam episode sejarah Islam saat Masa Kekhalifahan Andalusia. Ummat Islam ada dalam masa kejayaan yang mendunia; satu hal dari sekian faktor pendukung kejayaan Islam Andalusia adalah Ummat saat itu menyatakan ikhlas menerima nasihat, dan berani menyampaikan nasihat. Nasihat dijadikan sebagai bagian tak terpisahkan dalam keberlangsungan sebuah perkumpulan.
Islam ada di Andalusia sekitar 700 thn
Salah satu faktor kejayaan Islam di Andalusia adalah Ulama Siap mempertanggungjawabkan nasihat, Umat siap menerima nasihat.
Manakala perpaduan dan sinergi apik dari seorang Ulama dan Umara dalam mengelola tatanan negara yang mampu mencapai masa keemasannya
Khalifah Abdurrahman An-Nasir menjadi satu dari sekian banyak prototype khalifah yang mampu menempatkan dan memposisikan keterpaduan yang sehat dan tepat antara pemimpin dan ulama sesuai dengan kapasitasnya.
Syeikh Mundzir Bin Said menjadi percontohan seorang ulama dalam kaitan pengelolaan pemerintahan dan penempatan posisi yang strategis sebagai penyeimbang dalam keutuhan kebijakan ammiyah ataupun yang berkaitan dengan individu sang pemimpin.
Pada masa itu, Khalifah An-Nasir sedang sibuk sektor pembanungan Insfrasturktur tetapi berani meninggalkan shalat berjama'ah bahkan sampai shalat jum'at sampai 3 kali tertinggal shalat Jumat, maka saat Jum'at ke 4 Syeikh Mundzir Bin Said menyampaikan dalam khutbah terkait nasihat tersirat melalui firman Allah swt yang berkaitan dengan penguasa yang lalai. Kemudian lantas Khalifah Abdurrahman An-Nasir pun menerima nasihat tesirat dalam isi khutbah dari sang Ulama, sebagai titik balik perbaikan kepemimpinan, sehingga terciptanya ruang dan komunikasi yang baik.
Dalam hal ini, maka kita mampu mengambil sebuah pelajaran bahwa adanya keselarasan baik secara lahiriah dan ruhaniah dalam mengelola keumatan dengan kapasitas masing-masing.
Selanjutnya, ia menjelaskan terkait kejamiyyahan dalam lingkup Jamiyyah Persis, bahwa Persis dalam kurun 100 pertama lebih terfokus pada penjelasan dan nyatanya hal tersebut telah berhasil, maka kemudian diseratus tahun selanjutnya fokus Persis bukan lagi soal menjelaskan beragama kembali pada Al-Quran dan sunnah, tetapi menghadirkan Persis yang terasa oleh Ummat. /Wildan Fauzi
0 komentar:
Posting Komentar